FaktaNews.Net |Singaraja –Kulkul Bulus yang sakral mendadak mengumandang di lingkungan Kelurahan Sangket, keributan hampir terjadi antara pengembang BTN dengan warga sekitar (Senin 17/6/2024) pukul 15.20 wita.
Keributan hampir memananas beruntung sang pengembang yang diduga seorang pandita berhasil kabur akibat massa Sangket yang turun bersamaan secara beramai-ramai akibat suara kulkul yang mendadak mengumandang.
Peristiwa berawal , masyarakat sekitar Sangket memasang pagar tempat suci, menurut pengembang BTN diduga menggunakan sedikit lahannya. Pemasangan penyengker atau pagar tempat suci warga berencana memperluas halaman yang nantinya umat hindu ketika sembahyang bersama timbul rasa nyaman, namun pengembang tidak terima dan menginginkan pagar tersebut di bongkar hingga timbul ketegangan.
”Warga rencana nutup saluran air yang ada diatasnya dan kebetulan deket dengan Pelinggih, maksud warga ketika nanti digunakan sembahyang bersama halaman luas dan nyaman saat sembahyang/menghaturkan sembah bakti ditempat suci. Nah pengembang katanya menegur sehingga kentongan besar yang ada di Desa adat dibunyikan dan warga turun,”kata warga
Warga yang tidak terima ulah dari pengembang dan akhirnya menutup akses jalan menuju BTN dan sang pengembang lari tunggang langgang, “Setelah warga tiba dan menyatakan keberatan pengembang kabur melihat banyaknya warga datang, seorang sulinggih semestinya mengerti apalagi ini menyangku umat dan tempat suci malah tingkahnya seperti itu. Kurang elok seorang sulinggih mengambil hal lebih yang sudah tentu menyalahi etika seorang yang menyandang suci ”terang warga Sangket.
Kepala Lingkungan Kelurahan Sangket, Nyoman Thomas Dritawan kepada media atas terjadinya ketegangan itu menuturkan, keberadaan pengembang Graha Ardi Sukasada yang membangun rumah subsidi sejak beberapa tahun belakangan ini memang tidak memiliki itikad baik. Padahal Ia membangun rumah bersubsidi di wewidangan desanya.
“Mereka ini tidak ada itikad baik sama sekali. Penyampaian permisi ke desa adat dan dinas apalagi mendukung program desa adat termasuk mendukung pemerintah sama sekali tidak dilakukan disini. Apalagi disampaikan ke kita selaku kepala lingkungan disini, ”papar Thomas.
Pengembang yang memiliki nama I Gede Agus Suprapta asal Desa Unggahan yang saat ini sudah suci dan menjadi Sang Pandita malah mau menggeser pelinggih digunakan sebagai akses masuk,”Awal mula yang bersangkutan mau bikin akses masuk dan mau menggeser pelinggih yang sudah berdiri ratusan tahun, dan kami lakukan mediasi dan tidak direspon sehingga kami dan warga membuat meja besi sebagai tempat menghaturkan sesaji karena banyaknya pengempon sehingga areal dibeton beserta memberikan pagar yang tidak melebihi batas malah dari pengembang langsung komplin menginginkan pagar dibongkar dengan alasan asset Rumah Bersubsidi Graha Ardi sedangkan kita memasang pagar diluar asset mereka,”terang Nyoman Thomas Dritawan
Kapolsek Sukasada Kompol Nyoman Adika, yang kebetulan kantor Polsek tidak jauh dari lingkungan Sangket langsung bergerak, beruntung tidak terjadi keributan berakibat fatal hanya masyarakat duduk sambil tidak terima teguran pengembang memperbaiki areal tempat suci, “Info katanya warga sekitar mau membuat tembok penyengker Pelinggih yang ada disana kemudian dari pengembang BTN menegur nah terjadi ketegangan/ salah paham antara warga dengan pengapling. Tadi kami sarankan untuk mencari solusi yang terbaik agar tidak menimbulkan masalah baru apalagi sesama tetangga,”ujar Kompol Nyoman Adika.
(001)