FaktaNews.Net | Singaraja – Hari Raya Galungan diakui sebagai hari suci oleh umat Hindhu bahkan sebagai hari besar yang dirayakan tetap pada hari Rabu pada wuku Dungulan.
Galungan & Kuningan dimaknai sebagai hari kemenangan Dharma (Kebaikan) melawan Adharma (Keburukan). Tepat Budha Kliwon wuku Dunggulan masyarakat Hindhu akan menghaturkan puja dan puji syuhkur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan YME) yang jatuh pada (Saka 1944),Rabu 25 September 2024
Sebelum dilaksanakan Galungan, segala persiapan sarana bakti kepada sang pencipta Tuhan Yang Maha Esa juga terhadap leluhur dari hari Seninsebagai bersatunya rohani untuk mendapatkan pandangan yang terang dalam melenyapkan segala bentuk kekacauan dipikiran.
Di Minggu berkutnya Hari Raya Kuningan tidak jauh berbeda dengan Hari raya Galungan sama dengan menghaturkan sembah bakti di berbagai Pura sebagai wujud ucapan sembah bakti. Jadi inti dari makna hari raya kuningan adalah memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir-bathin kepada para Dewa, Bhatara, dan para Pitara.
Calon Wakil Bupati Buleleng Gede Supriatna manta Ketua DPRD Buleleng pria asal Tejakula yang mendampingidr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG mengucapkan *Selamat Merayakan Hari Raya Galungan & Kuningan semoga seluruh umat senantiasa diberikan keselamatan,kesehatan lahir dan batin. Mari jaga kerukunan umat beragama yang penuh keramah tamahan serta lestarikan budaya Bali dan Buleleng sehingga Bali semakin diminati sebagai obyek wisata dunia ”ujar Gede Supriatna (21/9/2024).
Lanjutnya Gede Supriatna ersatunya rohani dan pikiran sebagai wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacauan pikiran itu (byaparaning idep) adalah wujud adharma. Dari konsepsi lontar Sunarigama inilah didapatkan kesimpulan bahwa hakikat Galungan adalah merayakan menangnya dharma melawan adharma,”paparnya.
(ds)