Nyamar Jadi Nelayan Kholid dan Mahesa adalah Pendukung Anies 

FaktaNews.Net | Tangerang  – Dalam beberapa pekan terakhir, publik terkejut dengan kemunculan Kholid, seorang nelayan asal Serang, Banten, yang lantang menolak kebijakan pagar laut di Tangerang. Bersama Mahessa Al Bantani, seorang konten kreator yang tampaknya menonjolkan isu-isu sosial, keduanya seolah memperjuangkan nasib rakyat kecil.

Namun, setelah dilakukan penelusuran lebih mendalam, terbongkar bahwa mereka bukanlah pihak yang murni bergerak untuk kepentingan rakyat, melainkan bagian dari sebuah strategi politik yang jauh lebih besar.

Kholid dan Mahessa tidak sendirian. Isu yang mereka bawa teringatkan pada kasus serupa yang terjadi pada 2023, ketika publik sempat dibingungkan oleh Sappe, calon legislatif (caleg) dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) asal Sulawesi Selatan.

Sappe mengaku sebagai nelayan dan menangis di depan Anies Baswedan, menggambarkan penderitaan rakyat kecil akibat kebijakan pemerintah. Namun, belakangan diketahui bahwa Sappe adalah bagian dari mesin politik yang sengaja dimainkan untuk memengaruhi opini publik dan menggiringnya ke arah yang menguntungkan pihak tertentu.

Ketua Umum BKN, Gus Rofi’i Mukhlis dengan tegas menyatakan bahwa tindakan Kholid, Mahessa, dan Sappe bukanlah bentuk perjuangan murni untuk rakyat.

“Apa yang mereka lakukan bukanlah gerakan sosial, melainkan sebuah operasi politik yang sengaja digulirkan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu,” ujar Gus Rofi’i seperti dikutip dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 1 Februari 2025.

Menurut Gus Rofi’i, isu yang mereka angkat hanya menjadi alat politik untuk membangun narasi tertentu.

“Kita harus berhati-hati dengan narasi yang dibangun oleh kelompok ini, karena mereka tidak pernah benar-benar menyoroti masalah utama, yakni dampak abrasi dan kerusakan ekosistem pesisir yang menjadi ancaman bagi rakyat kecil di sekitar Pantura Tangerang,” katanya.

Ia pun mengajak masyarakat untuk lebih kritis terhadap narasi yang berkembang di media sosial dan di kalangan publik.

“Kholid, Mahessa, dan Sappe mungkin terlihat sebagai pejuang rakyat, namun sebenarnya mereka hanya memainkan peran dalam sebuah drama yang lebih besar,” katanya.

Mereka, ungkap Gus Rofi’i, sedang menjalankan agenda politik tersembunyi yang tidak mencerminkan kepentingan masyarakat umum, melainkan kepentingan kelompok tertentu yang ingin memanfaatkan isu sosial untuk keuntungan politik.

“Jangan terjebak oleh kedok perjuangan yang dibawa mereka. Kholid dan Mahessa tidak lebih dari alat yang digunakan untuk menciptakan kegaduhan demi agenda politik tertentu. Semua ini adalah bagian dari strategi yang harus diungkap sebelum semakin memperburuk opini publik,” katanya.

Publik juga diminta Gus Rofi’i untuk lebih bijak dalam menilai setiap informasi yang beredar. Kholid dan Mahessa, meskipun tampil sebagai pejuang rakyat, jelas tidak menunjukkan niat murni dalam memperjuangkan nasib nelayan dan masyarakat sekitar.

Apa yang mereka lakukan adalah bagian dari taktik yang lebih besar dalam meraih keuntungan politik.

Kedok mereka harus dibongkar, agar publik tidak terjebak dalam propaganda yang tidak sesuai dengan kenyataan.

“Kita harus melawan narasi-narasi yang dimunculkan oleh mereka dan tidak membiarkan mereka mendominasi opini publik. Jangan sampai kebenaran dibungkam demi kepentingan segelintir orang,” katanya.

[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *