Kemenag Matangkan “Kurikulum
FaktaNews.Net | Jakarta – Kementerian Agama (Kemenag) terus memperkuat konsep “Kurikulum Cinta” dan “Eco-Theology” sebagai bagian dari upaya membangun masyarakat yang rukun dan peduli lingkungan. Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa kedua konsep ini merupakan refleksi mendalam atas peran agama dalam menjaga harmoni sosial serta kelestarian bumi sebagai amanah Tuhan.
Pembahasan dua konsep ini dilakukan dalam seminar internasional bertajuk “Kurikulum Cinta dan Eco-Theology sebagai Basis Gerakan Implementasi Deklarasi Jakarta” di Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan. Acara ini merupakan kolaborasi antara Kemenag dan Pesantren As’adiyah, Sengkang, serta dihadiri berbagai tokoh nasional dan internasional, termasuk mantan Deputy Menteri Wakaf Mesir As-Said Muhamad Ali Al-Husaini, Sekjen Kemenag Kamaruddin Amin, dan Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad.
Kurikulum Cinta: Membangun Harmoni dalam Keberagaman
Menteri Agama menekankan bahwa Kurikulum Cinta adalah sistem pendidikan berbasis kasih sayang, empati, dan penghormatan terhadap perbedaan. Konsep ini diharapkan menjadi fondasi utama dalam pendidikan agama, baik di sekolah formal, madrasah, maupun pondok pesantren.
“Pendidikan agama tidak boleh hanya bersifat ritual-formalistik, tetapi juga harus menanamkan semangat moderasi dan penghormatan terhadap keberagaman,” ujar Menag.
Implementasi Kurikulum Cinta dapat dilakukan melalui dialog lintas iman, aksi sosial bersama, dan kampanye perdamaian, yang bertujuan memperkuat solidaritas antarumat beragama di Indonesia.
Eco-Theology: Agama dan Kesadaran Lingkungan
Sementara itu, Eco-Theology menekankan bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tanggung jawab ilmiah atau kebijakan negara, tetapi juga bagian dari spiritualitas dan ibadah.
“Di Indonesia, konsep ini sudah diterapkan dalam berbagai inisiatif seperti masjid ramah lingkungan, pesantren hijau, dan gereja berkelanjutan yang mengedepankan praktik ramah lingkungan dan pemanfaatan energi terbarukan,” ungkap Menag.
Konsep ini semakin relevan mengingat tantangan lingkungan yang semakin meningkat, seperti pemanasan global, deforestasi, dan perubahan iklim. Data BMKG menunjukkan bahwa Januari 2025 mencatat suhu udara tertinggi ke-11 sejak 1981, sementara riset 2024 mengungkap 12,5 juta hektare hutan hilang dalam satu dekade terakhir.
Spirit Deklarasi Istiqlal: Melawan Dehumanisasi dan Krisis Lingkungan
Seminar ini juga menyoroti Deklarasi Istiqlal, yang ditandatangani oleh Imam Besar Masjid Istiqlal dan Paus Fransiskus pada 5 September 2024. Deklarasi ini menegaskan dua komitmen utama: melawan dehumanisasi dan memperkuat pelestarian lingkungan.
“Agama dan tokoh agama memiliki peran strategis dalam membentuk pemahaman masyarakat. Dengan bahasa agama, mereka bisa mempengaruhi publik untuk melakukan perubahan positif,” ujar Arsad Hidayat, Direktur Urusan Agama Islam Kemenag.
Seminar ini mendapat antusiasme besar dengan lebih dari 200 tokoh hadir langsung dan 1.000 peserta mengikuti secara virtual melalui Zoom dan YouTube As’adiyah.
Dengan semakin matangnya konsep Kurikulum Cinta dan Eco-Theology, Kemenag berharap dapat membentuk masyarakat yang lebih harmonis dan berwawasan lingkungan, sejalan dengan nilai-nilai agama yang menekankan cinta dan kepedulian terhadap sesama serta alam.
(Sulthan)